FBS

Rabu, 24 Maret 2010

Kebudayaan Megalithikum

Apakah Anda masih ingat kebudayaan Megalithikum?
Seperti yang pernah Anda pelajari pada modul sebelumnya bahwa megalithikum/kebudayaan batu besar sesungguhnya bukanlah mempunyai arti timbulnya kembali zaman batu sesudah zaman logam, tetapi kebudayaan megalithikum adalah kebudayaan yang menghasilkan bangunan-bangunan dari batu besar yang muncul sejak zaman Neolithikum dan berkembang pesat pada zaman logam.

Menurut Von Heine Geldern, kebudayaan Megalithikum menyebar ke Indonesia melalui 2 gelombang yaitu :
1. Megalith Tua menyebar ke Indonesia pada zaman Neolithikum (2500-1500 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Kapak Persegi (Proto Melayu). Contoh bangunan Megalithikum adalah menhir, punden berundak-undak, Arca-arca Statis.
2. Megalith Muda menyebar ke Indonesia pada zaman perunggu (1000-100 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Dongson (Deutro Melayu). Contoh bangunan megalithnya adalah peti kubur batu, dolmen, waruga Sarkofagus dan arca-arca dinamis.
Apa yang dinyatakan dalam uraian di atas, dibuktikan dengan adanya penemuan bangunan batu besar seperti kuburan batu pada zaman prasejarah, banyak ditemukan manik-manik, alat-alat perunggu dan besi. Hasil kebudayaan megalithikum biasanya tidak dikerjakan secara halus, tetapi hanya diratakan secara kasar dan terutama hanya untuk mendapatkan bentuk yang diperlukan.

Peninggalan kebudayaan megalithikum ternyata masih dapat Anda lihat sampai sekarang, karena pada beberapa suku-suku bangsa di Indonesia masih memanfaatkan kebudayaan megalithikum tersebut. Contohnya seperti suku Nias.
Mengenai contoh-contoh suku lainnya dapat Anda pelajari pada buku-buku yang relevan seperti buku yang berjudul Manusia dan Kebudayaan di Indonesia karangan Prof. Dr. Koentjaraningrat. Buku tesebut dapat Anda pinjam dari perpustakaan umum atau perpustakaan sekolah bina Anda.

Untuk mendapatkan pemahaman yang jelas tentang kebudayaan megalithikum, maka simaklah contoh-contoh dari hasil kebudayaan megalithikum yang akan disajikan pada uraian materi berikut ini.
1. Menhir
Menhir adalah bangunan yang berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara menghormati roh nenek moyang, sehingga bentuk menhir ada yang berdiri tunggal dan ada yang berkelompok serta ada pula yang dibuat bersama bangunan lain yaitu seperti punden berundak-undak.
Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia adalah Pasemah (Sumatera Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan. Untuk mengetahui bentuk-bentuk menhir, maka simaklah gambar-gambar berikut ini.

Gambar 18. Menhir
Bagaimana kesan Anda setelah melihat bentuk-bentuk menhir melalui gambar 18?
Bangunan menhir yang dibuat oleh masyarakat prasejarah tidak berpedoman kepada satu bentuk saja karena bangunan menhir ditujukan untuk penghormatan terhadap roh nenek moyang. Selain menhir terdapat bangunan yang lain bentuknya, tetapi fungsinya sama yaitu sebagai punden berundak-undak.
2. Punden Berundak-undak
Punden berundak-undak adalah bangunan dari batu yang bertingkat-tingkat dan fungsinya sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal.
Bangunan tersebut dianggap sebagai bangunan yang suci, dan lokasi tempat penemuannya adalah Lebak Sibedug/Banten Selatan dan Lereng Bukit Hyang di Jawa Timur, sedangkan mengenai bentuk dari punden berundak dapat Anda amati gambar-gambar berikut ini.

Gambar 19. Punden berundak-undak dan ilustrasinya.
Setelah Anda mengamati gambar 19, apa yang terlintas dalam pikiran Anda? Pernahkah Anda melihat bangunan yang bentuknya mirip punden berundak-undak.
entu Anda sudah pernah melihat candi Borobudur, baik secara langsung maupun hanya melalui gambar ataupun televisi. Candi Borobudur di Jawa Tengah adalah bangunan pemujaaan untuk umat Budha, dan menurut Prof. Dr. Sutjipto Wirgosuparto, arsitektur bangunan Borobudur merupakan tiruan atau kelanjutan dari punden berundak-undak.
Untuk itu tugas Anda adalah carilah persamaan dan perbedaan antara candi Borobudur dengan Punden berundak-undak pada tabel di bawah ini.

Setelah Anda mengisi tabel di atas, untuk mengetahui kebenaran jawaban Anda, maka cocokkanlah jawan Anda dengan kunci jawabannya berikut ini.
Persamaan antara Borobudur dengan Punden Berundak-undak adalah sama-sama sebagai bangunan suci karena berfungsi untuk tempat pemujaan. Adapun perbedaannya candi Borobudur merupakan bangunan suci umat Budha, dan bentuk bangunannya sempurna dan indah karena penuh dengan relief dan ragam hias. Sedangkan Punden Berundak-undak hanyalah bangunan biasa yang terbuat dari batu yang disusun bertingkat-tingkat tanpa relief ataupun ragam hias dan sebagai tempat memuja arwah nenek moyang yang sudah meninggal.
Berdasarkan penjelasan persamaan dan perbedaan antara Punden Berundak-undak dengan candi Borobudur, apakah Anda sudah memahami uraian materi tentang Punden Berundak-undak? Kalau Anda sudah merasa paham dengan uraian materi tersebut, maka Anda dapat mempelajari hasil budaya megalithikum selanjutnya.

3. Dolmen
Dolmen merupakan meja dari batu yang berfungsi sebagai tempat meletakkan saji-sajian untuk pemujaan. Adakalanya di bawah dolmen dipakai untuk meletakkan mayat, agar mayat tersebut tidak dapat dimakan oleh binatang buas maka kaki mejanya diperbanyak sampai mayat tertutup rapat oleh batu.
Dengan demikian dolmen yang berfungsi sebagai tempat menyimpan mayat disebut dengan kuburan batu. Lokasi penemuan dolmen antara lain Cupari Kuningan/Jawa Barat, Bondowoso/Jawa Timur, Merawan, Jember/Jatim, Pasemah/Sumatera, dan Nusa Tenggara Timur.

Untuk mengetahui bentuk Dolmen, dapat Anda amati gambar 20 berikut ini.

Gambar 20. Dolmen
Bagaimana menurut Anda tentang gambar 20?
Bagi masyarakat Jawa Timur, dolmen yang di bawahnya digunakan sebagai kuburan/tempat menyimpan mayat lebih dikenal dengan sebutan Pandhusa atau makam Cina. Dari uraian materi di atas, apakah Anda sudah memahami tentang dolmen? Kalau Anda sudah paham bandingkan dengan hasil budaya Megalithikum berikut ini.

4. Sarkofagus
Sarkofagus adalah keranda batu atau peti mayat yang terbuat dari batu. Bentuknya menyerupai lesung dari batu utuh yang diberi tutup. Dari Sarkofagus yang ditemukan umumnya di dalamnya terdapat mayat dan bekal kubur berupa periuk, kapak persegi, perhiasan dan benda-benda dari perunggu serta besi.
Daerah tempat ditemukannya sarkofagus adalah Bali. Menurut masyarakat Bali Sarkofagus memiliki kekuatan magis/gaib. Berdasarkan pendapat para ahli bahwa sarkofagus dikenal masyarakat Bali sejak zaman logam.
Untuk memperjelas pemahaman Anda tentang Sarkofagus, maka amatilah gambar 21 berikut ini.

Gambar 21. Sarkofagus
Dari gambar 21, coba Anda amati dengan baik bentuk dari Sarkofagus, kemudian nanti Anda bandingkan dengan hasil megalithikum berikut ini, sehingga Anda dapat mencari perbedaan antara keduanya.
5. Peti kubur
Peti kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar. Kubur batu dibuat dari lempengan/papan batu yang disusun persegi empat berbentuk peti mayat yang dilengkapi dengan alas dan bidang atasnya juga berasal dari papan batu.
Daerah penemuan peti kubur adalah Cepari Kuningan, Cirebon (Jawa Barat), Wonosari (Yogyakarta) dan Cepu (Jawa Timur). Di dalam kubur batu tersebut juga ditemukan rangka manusia yang sudah rusak, alat-alat perunggu dan besi serta manik-manik. Dari penjelasan tentang peti kubur, tentu Anda dapat mengetahui persamaan antara peti kubur dengan sarkofagus, dimana keduanya merupakan tempat menyimpan mayat yang disertai bekal kuburnya. Tetapi untuk dapat mencari perbedaan antara keduanya, silahkan Anda amati gambar 22 berikut ini.

Gambar 22. Peti kubur
Setelah Anda mengamati bentuk peti kubur pada gambar 22 maka tugas Anda adalah mencari perbedaaan antara bentuk peti kubur dengan sarkofagus!
Tulislah jawaban Anda pada tabel berikut ini.
Tabel Perbedaaan Peti Kubur Dengan Sarkofagus

Jika Anda sudah mengisi tabel di atas, maka bacalah kembali uraian berikut ini agar Anda dapat mengetahui kebenaran jawaban Anda. Seperti yang telah dijelaskan pada uraian materi sebelumnya, bahwa sarkofagus adalah keranda/peti mayat yang dibuat dari batu yang masih utuh dan batu utuh tersebut dibentuk seperti lesung yang ada tutupnya. Sedangkan peti kubur adalah peti mayat yang dibuat lempengan-lempengan batu/papan-papan batu disusun membentuk kotak batu yang disertai dengan tutupnya,
Dari uraian di atas, apakah Anda memahami perbedaan antara keduanya? Kalau Anda sudah paham, maka pelajari kembali uraian materi budaya megalthikum berikutnya.
6. Arca batu
Arca/patung-patung dari batu yang berbentuk binatang atau manusia. Bentuk binatang yang digambarkan adalah gajah, kerbau, harimau dan moyet. Sedangkan bentuk arca manusia yang ditemukan bersifat dinamis. Maksudnya, wujudnya manusia dengan penampilan yang dinamis seperti arca batu gajah.
Arca batu gajah adalah patung besar dengan gambaran seseorang yang sedang menunggang binatang yang diburu. Arca tersebut ditemukan di daerah Pasemah (Sumatera Selatan). Daerah-daerah lain sebagai tempat penemuan arca batu antara lain Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Untuk mengetahui bentuk Arca batu gajah dapat Anda amati gambar 23 berikut ini.

Gambar 23. Arca Batu Gajah dari Pasemah.
Perhatikanlah gambar Arca Batu Gajah dari Pasemah tersebut, karena dari gambar tersebut terdapat gambar nekara kecil yang diikat di punggung.
Dengan melihat gambar tersebut sebagai salah satu contoh peninggalan Megalithikum, maka tugas Anda memberikan kesimpulan hubungan antara Kebudayaan Megalithikum dengan Kebudayaan Perunggu seperti yang terlihat pada Arca Batu Gajah.
Tulislah kesimpulan Anda pada titik-titik di bawah ini.
Kesimpulannya adalah ..............................................................................................
...................................................................................................................................
Setelah Anda menuliskan kesimpulannya, maka cocokkan dengan penjelasan berikut ini.

Penelitian terhadap Kebudayaan Megalithikum di dataran tinggi Pasemah/Sumatera Selatan dilakukan oleh Dr. Van Der Hoep dan Van Heine Geldern. Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa Kebudayaan Perunggu mempengaruhi Kebudayaan Megalithikum atau dengan kata lain Kebudayaan Megalithikum merupakan cabang dari Kebudayaan Dongson (Perunggu).
Kesimpulan ini dibuat karena di Pasemah banyak ditemukan peninggalan budaya Megalith dan budaya perunggu, seperti patung/arca prajurit dengan topi logam/helm yang mengendarai kerbau atau gajah. Prajurit tersebut juga membawa nekara kecil pada panggungnya.
Demikianlah uraian materi tentang contoh-contoh peninggalan megalithikum yang berkembang pada zaman prasejarah.

Untuk memudahkan Anda memahami uraian materi Kebudayaan Megalithikum maka simaklah ikhtisar dari Kebudayaan Megalithikum seperti pada tabel 1.8 di bawah ini.
Tabel 1.8 Ikhtisar Kebudayaan Megalithikum

Keterangan : Lokasi Penemuan untuk Dolmen ditambah dengan Merawan, Jember
Dengan adanya ikhtisar/rangkuman tentang uraian materi seperti pada tabel 1.8, mudah-mudahan Anda semakin mudah memahami uraian materi tentang kebudayaan material masyarakat prasejarah Indonesia yang disajikan dalam modul ini.
Demikian uraian materi kegiatan belajar 1 dari modul ini, semoga Anda mudah memahami materi kegiatan belajar ini dengan baik.

Untuk mengukur tingkat pemahaman Anda kerjakanlah latihan soal berikut ini dengan sungguh-sungguh.

Perbedaan Kebudayaan Kapak Perimbas dan Kapak Corong

Menurut penilitian, kapak perimbas berasal dari zaman paleolitikum. Zaman ini disebut pula Zaman Batu Tua , yaitu masa kehidupan berburu dan meramu. Masa ini berlangsung sejak 2 juta tahun lalu sampai 10.000 tahun yang lalu. Kehidupan manusia pada masa itu bersifat evolutif, yaitu perubahan yang sangat pelan. Kebudayaan paleolitikum pertama kali ditemukan di Jawa oleh Ralph Von Koenigswald dan M.W.F. Tweedie pada tahun 1935. Kebudayaan paleolitikum dikenal juga dengan kebudayaan Pacitan, karena peralatan yang ada banyak ditemukan di daerah Pacitan.
Corak Kehidupan:
- Pada masa ini manusia purba hidup dengan cara nomaden yaitu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain.
- Tergantung pada alam. Mereka mencari binatang buruan dan meramu artinya mencari dan mengumpulkan makanan dari alam bebas (food gathering). Di samping berburu binatang darat, manusia juga mulai menangkap ikan. Dengan akalnya manusia mampu menciptakan alat-alat seperti tuba untuk memabukkan ikan, membuat kail untuk meperoleh ikan-ikan kecil, dan memakai tombak untuk ikan yang besar.
- Apabila binatang buruan atau bahan makanan di sekitarnya telah menipis, mereka segera mencari tempat baru yang masih banyak menyimpan makanan.
- Mereka hidup secara berkelompok dalam jumlah kecil.
Alat-alat yang digunakan:
1) Batu inti, yaitu kapak perimbas (chopper), kapak penetak, kapak genggam (pebble) yang berguna untuk memotong pohon, merimbas kayu, memotong tulang, dan menguliti binatang. Kebanyakan dari alat-alat saksi budaya ini ditemukan di Pacitan-Jawa Timur
2) Alat serpih (flakes), yaitu merupakan pecahan dari batu inti/induj (kalsedon) yang berguna untuk gurdi mata panah, mengiris daging atau memotong umbi-umbian dan buah-buahan ataupun peraut pisau. Salah satunya adalah Serut, yang proses pembuatannya berasal dari serpihan bongkahan-bongkahan batu rijang, atau sisa pembuatan alat-alat lain dengan fungsi sebagi alat pemotong atau penyayat daging.
3) Alat tulang dan tanduk, yang digunakan sebagai ujung tombak, menggali ubi-ubian, juga berburu. Kebanyakan dari alat-alat ini ditemukan di Ngandong. Alat yang digunakan sebagai alat bantu untuk berburu dan meramu masih sederhana (masih kasar). Manusia yang hidup pada masa ini, yaitu: Meganthropus Paleojavanicus, Pithecanthropus Erectus, Pithecanthropus Mojokertensis, Homo Wajakenis, dan Homo Soloensis.
Menurut penelitian, kapak corong berasal dari kebudayaan zaman neolitikum. Zaman ini disebut pula Zaman Batu Muda, yaitu masa kehidupan bercocok tanam di persawahan dan memelihara hewan. Masa ini berlangsung sekitar 4000-2000 SM. Perkembangan kebudayaan pada zaman ini sudah sangat maju. Hal ini disebabkan terjadinya migrasi secara bergelombang penduduk Proto-Melayu dari Yunan, Cina Selatan ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Pendatang baru tersebut membawa kebudayaan kapak persegi. Peninggalan kebudayaan zaman neolitikum ditemukan hampir di seluruh Kepulauan Nusantara. Menurut R. Soekmono, kebudayaan Neolitikum inilah yang menjadi dasar kebudayaan Indonesia sekarang.
Corak kehidupan:
- Manusia telah mempunyai tempat untuk menetap (sedenter). Diperkirakan mereka bertempat tinggal menetap di desa-desa kecil dalam komunitas petani.
- Pertanian dengan bersawah/pengairan, juga sudah mulai beternak (food producing).
- Sudah mengenal organisasi masyarakat dengan kepemimpinan yang ditaati oleh warganya.
- Telah mengenal kepercayaan yang saat itu masih berupa animisme dan dinamisme.
Alat-alat yang digunakan:
1) Kapakpersegi/beliung persegi, adalah kapak yang penampang lintangnya berbentuk persegi panjang atau trapesium. Sebutan kapak persegi diberikan oleh Von Heine Geldern. Untuk ukuran yang besar, beliung ini difungsikan sebagai cangkul dan keberadaannya banyak ditemukan di Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara.
2) Kapak bahu, yaitu sejenis kapak persegi namun pada tangkai diberi “leher” sehinga menyerupai bentuk botol persegi. Menurut pencariannya, kapak jenis ini hanya ditemukan di daerah Minahasa, Sulawesi Utara. Di lua Indonesia ditemukan di jepang, Formosa, Filipina, ke barat sampai Sunai Gangga, bagian tengah di Malaysia Barat.
3) Kapak lonjong, adalah kapak dengan penampang berbentuk lonjong atau bulat telor. Banyak ditemukan di Maluku, Irian, Sulawesi Utara.
4) Mata panah, yang digunakan untuk berburu, banyak ditemukan di Papua.
5) Gerabah dari tanah liat, ditemukan di pantai selatan Pulau Jawa (antara Yogyakarta-Pacitan), Kaliumpang (Sulawesi), Melolo (Sumba).
6) Alat pemukul kayu, ditemukan di Kalimantan Selatan.
7) Pahat Neolitik, berfungsi sebagai alat memahat kayu yang bahannya terbuat dari batu dengan jenis Rijang, dan pembuatan bentuk ini dengan teknis mengasah/mengupam.Perhiasan, jenis perhiasan dari zaman ini antara lain berwujud gelang, kalung, anting-anting yang bahan bakunya adalah batu indah dan kaseledon.
9) Tembikar, pecahan-pecahan kebudayaan ini di temkan pada lapisan atas kjokkenmoddinger di Sumatera, bukit pasir pantai selatan Jawa. Tembikar ini mepunyai hiasan motif tenun.
10) Pakaian, hiasan tembikar yang bermotif tenunan membuktikan bahwa masyarakat prasejarah sudah mengenal pakaian. Diperkirakan pakaian ini dibuat dari kulit kayu. Hal ini dibuktikan dengan penemuan alat pemukul kayu yang biasa digunakan unuk memukul kulit kayu. Dari kulit kayu ini dihailkan serat-serat yang kemudian ditenun.
Alat yang digunakan memang masih dari batu, tetapi berbeda dengan masa paleolitikum, batu-batu ini sudah diasah/halus. Peralatan yang menonjol dari zaman ini adalah kapak persegi dan kapak lonjong. Kapak persegi menyebar ke Indonesia melalui jalur barat, sedangkan kapak lonjong melalui jalur timur. Kapak lonjong sendiri memiliki dua ukuran, yaitu walzeinbeil (untuk ukuran besar) dan kleinbeil (untuk ukuran kecil) yang umumnya digunakan sebagai benda wasiat.

Perbedaan Zaman Paleolitikum Dengan Neolitikum

Zaman Batu adalah masa zaman prasejarah yang luas, ketika manusia menciptakan alat dari batu (karena tak memiliki teknologi yang lebih baik). Kayu, tulang, dan bahan lain juga digunakan, tetapi batu (terutama flint) dibentuk untuk dimanfaatkan sebagai alat memotong dan senjata. Istilah ini berasal sistem tiga zaman. Zaman Batu sekarang dipilah lagi menjadi masa Paleolitikum, Mesolitikum, dan Neolitikum, yang masing-masing dipilah-pilah lagi lebih jauh.
Paleolitikum
Zaman batu tua (palaeolitikum), Disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya periode ini disebut masa berburu dan meramu makanan tingkat sederhana. Pendukung kebudayaan ini adalah Homo Erectus yang terdiri. Masa paling awal dari peradaban manusia ini ditandainya dengan ditemukannya fosil-fosil manusia purba yang dalam perhitungan ilmiah berusia sekitar 1 juta tahun yang lalu seperti Phitecantropus Erectus, dari bentuk ukuran tulang pahanya (femur) dapat dikategorikan sebagai homo erectus atau manusia yang berjalan tegak. Dan alat berburunya seperti kapak genggam, menunjukkan corak produksi manusia masa itu masih dalam masa perburuan. Dalam masa ini manusia masih berpindah-pindah dari satu tempat ketempat lainnya dalam usahanya mendapatkan binatang buruan.
Neolitikum
Neolitikum, disebut juga neolitik, merupakan fase atau tingkat kebudayaan pada zaman prasejarah yang mempunyai ciri-ciri berupa unsur kebudayaan, seperti peralatan dari batu yang diasah, pertanian menetap, peternakan, dan pembuatan tembikar. Masa batu muda ini juga disebut sebagai masa bercocok tanam awal berkisar pada 1500 tahun yang lalu di Indonesia. Sebagian besar manusia pada jaman itu beras Paleo-Mongoloid. Mereka mulai menetap dan membangun pertanian untuk hidup dengan menggunakan peralatan-peralatan sederhana seperti beliung yang ditemukan tersebar di kepulauan Nusantara bagian barat. Alat ini juga ditemukan di Yunan, Cina Selatan, Laos ini menunjukkan migrasi manusia dari utara melalui sungai Mekong. Di kepulauan Nusantara bagian timur ditemukan banyak kapak lonjong yang juga ditemukan di Jepang, Taiwan Filipina, Sulawesi Utara, Maluku, papua dan kepulauan Melanesia lainnya. Studi biologi tingkat lanjut menunjukkan bahwa kemiripan struktur DNA dalam darah manusia-manusia di wilayah ini mermiliki kemiripan, hal ini menunjukkan nenek moyang bangsa Indonesia sebagian berasal dari daratan Asia dan sebagian lagi merupakan percampuran dari Mongoloid dan Negroid dan Negroid terutama yang berada di kepulauan bagian timur. Dalam waktu senggang menunggu panen, mereka mulai memiliki waktu luang untuk memahami alam raya dan kekuatan-kekuatan yang Maha Besar agar mempermudah hidup mereka. Maka mereka mulai membangun tempat-tempat pemujaan berupa batu-batu besar seperti menhir, bangunan batu berundak, dolmen dan patung-patung nenek moyang mereka, maka akhir zaman ini juga disebut sebagai masa megalitikum.