FBS

Sabtu, 29 September 2012

mawar pengorbanan


dimana...
dimana...
kucari penawar rasa sakit ini...
perih kian terasa..
seolah ku tak mampu tuk menahan rasa perih ini...
.
luka ini seakan membusuk,..
mungkin luka ini seolah kan menggrogoti tubuh ini...
sungguh,durimu menyiksaku..
.

namun tak apa..
asal mawar tetap tumbuh,..
,dan pancarkan selalu keanggunan nan keelokannya..
ku rela tuk menahan ini..

imposible rose

tak selamanya ulat kan menjadi ulat....
suatu saat kelak ulat kan jadi kupu-kupu yang indah...
hampir setiap orang kan kagum akan dirinya,..
ingin memiliki dirinya...
.
tak selamanya tukang kebun tak bisa dapatkan bunga,...
kelak tukang kebun,kan dapatkan bunga...
meski kini tukang kebun tak dapatkan mawar...
tak apa,pasti suatu saat kelak kan dapatkan mawar yang lain..
.

mawar pupus

mungkin lebih baik ku kubur dalam semua asa...
semua rasa ini..
ku ini hanyalah kumbang kecil..
ku tak pantas tuk menjaga sang mawar yang terlampau indah...
terlampau anggun..
disana kini tlah ada seekor lebah yang besar,yang mungkin bisa menjaganya..
.
.
.
---)((@

mawar yang ku cinta menyakitkan


dimana...

dimana...
kucari penawar rasa sakit ini...
perih kian terasa..
seolah ku tak mampu tuk menahan rasa perih ini...
.
luka ini seakan membusuk,..
mungkin luka ini seolah kan menggrogoti tubuh ini...
sungguh,durimu menyiksaku..
.
namun tak apa..
asal mawar tetap tumbuh,..
,dan pancarkan selalu keanggunan nan keelokannya..
ku rela tuk menahan ini..







semua pasti berubah

tak selamanya ulat kan menjadi ulat....
suatu saat kelak ulat kan jadi kupu-kupu yang indah...
hampir setiap orang kan kagum akan dirinya,..
ingin memiliki dirinya...
.

tak selamanya tukang kebun tak bisa dapatkan bunga,...

kelak tukang kebun,kan dapatkan bunga...
meski kini tukang kebun tak dapatkan mawar...
tak apa,pasti suatu saat kelak kan dapatkan mawar yang lain..
.
.
.
----)((@


MAWAR TIDAK MUNGKIN


rasanya memang benar tak mungkin...

tukang kebun yang dekil...
yang hina...
nan bau..
kan memiliki mawar yang indah nan penuh dengan keanggunan..


namun,saat tukang kebun dirudung rasa kecewa,resah gelisah..
ia slalu berdo'a agar sang mawar tetap tumbuh dengan subur..
meski ia tak kan pernah bisa tuk memiliki mawar..

Rabu, 12 September 2012

IDENTITAS

Identitas bagi kebanyakan orang adalah selembar kartu nama yang mengukuhkan keberadaan mereka dengan sebuah nama, profesi dan kedudukan. Memperhatikan khaos yang terjadi selama sepuluh tahun terakhir, saya merasa ada perlunya untuk mendalami makna identitas. Karena identitas ternyata adalah biang yang memporakporanda berbagai negara, memecahbelahkan bangsa-bangsa, dan memposisikan manusia yang paling tidak politis sekali pun di satu sudut ruang berseberangan dengan berbagai perbedaan yang berpotensi konflik.

Apa yang membedakan kita atas nama kepercayaan, suku, dan bangsa, sudah terjadi sejak kita dilahirkan. Tanpa kita sadari ketika kita dilahirkan sebuah predikat langsung melekat pada keberadaan kita. Nama kita mengikat kita pada satu keluarga, satu kepercayaan, satu komunitas dan satu bangsa.

Identitas adalah sebentang Mobius yang melilit. Di satu sisi, ia mengukuhkan kebersamaan satu kelompok, keselarasan visi dan ambisi, namun atas atas nama kemajuan, prestasi dan kebersamaan, ia juga mampu secara brutal menghancurkan pihak yang dinilai mengancam azas-azas yang mengukuhkan kelompoknya. Tindakan anarkis dianggap sah karena ia membela kedaulatan kelompok. Tak ayal lagi, inilah insting survival purba yang kita wariskan dari leluhur kita sejak zaman Neolitik.

Sebaliknya, kita bisa memaknakan identitas dengan parameter yang lebih luas. Identitas, menurut Amin Maalouf, sekaligus inklusif dan eksklusif. Sebagai contoh, sebagai warga Indonesia beretnis Cina, maka saya dianggap warga minoritas. Tetapi sebagai anak turunan Cina, saya termasuk golongan warga terbesar di dunia. Perbedaan perspektif ini tergantung dari sudut referensi mana kita meneropong kedudukan kita. Sebaliknya, sebagai anak turunan Cina, dilahirkan di Tebing Tinggi, Sumatera Utara, menulis tiga novel dalam bahasa Inggris, membesut sebuah film tentang seorang pegawai kecil di bagian arsip dan bermukim di kawasan Lebak Bulus, saya menjadi sangat unik, karena tidak ada manusia lain selain saya yang menyandang predikat seperti ini. Tetapi kalau kita meneliti ini lebih dalam, maka kita akan menyimpulkan bahwa individualitas ini sebenarnya tidak secara keseluruhan murni, karena ia juga bermuatan berbagai elemen eksklusif yang bertautan dengan berbagai manusia, lepas dari kepercayaan, suku maupun kebangsaan. Sebagai contoh, saya berbagi satu hobi membaca dengan berjuta-juta manusia lain. Saya juga punya kesamaan seperti mereka yang suka bakmi, tahu, ataupun kue putu atau dengan mereka yang suka lagu-lagu Jeff Buckley.

Perumpamaan di atas secara gamblang menunjukkan betapa fleksibel sebenarnya identitas itu. Dalam skala makro, keberadaan kita mau tidak mau bertautan dengan begitu banyak manusia dari latar yang berbeda-beda dan tidak terbatas oleh demarkasi lokasi ataupun bangsa. Ironisnya, secara individu pun kita tidak mungkin dikelompokkan dalam satu kelompok karena pada dasarnya kita semua sangat berbeda. Ini terbukti beberapa waktu yang lalu oleh penelitian proyek genome manusia, di mana ditegaskan bahwa DNA manusia adalah sebuah keajaiban dari ribuan permutasi yang sama sekali tidak mungkin direplikasi. DNA kita ibaratnya hasil dari sekali tekanan tombol mesin jackpot dengan ratusan ikon yang berbeda. Kemungkinan untuk memreplikasi susunan DNA yang sama, sama sekali tidak ada.

Ilmu pengetahuan yang tadinya kita harapkan sebagai bintang penyelamat untuk membebaskan kita dari ortodoksi identitas, ternyata malah membuat kita semakin terjerumus dalam jurang pemisah. Pengetahuan, menurut Michel Foucault, hanya bisa membangkitkan lebih banyak pengetahuan. Michel Foucault memberi contoh seperti ini: seorang dokter yang kena flu tahu bagaimana mengobati dirinya dengan memilih obat yang tepat, tapi untuk kesehatan jiwanya ia tidak mampu memberikan preskripsi untuk dirinya. Karena untuk mengobati jiwanya ia membutuhkan lebih dari obat, ia perlu melakukan pelatihan-pelatihan รข€“ tehkne tou biou — untuk mencapai satu titik konversi — metanoai. Tehkne tou biou ini bukan sebuah antidote, seperti antidote untuk flu, tetapi sebuah perjalanan spiritualitas yang perlu ditekuni dalam hidup masing-masing. Pengetahuan dalam hal ini tidak mampu banyak membantu, karena ia justru mengakibatkan kita terperangkap dalam sejarah, tradisi dan segala embel-embel kepurbaan yang semakin mengikat kita pada satu identitas. Ia tidak mendorong kita untuk lebih mendekat pada realitas kehidupan dalam arti sebenarnya.
sumber : http://richardoh.net/identitas-18.php

Pengertian Identitas Nasional

Istilah “identitas nasional” secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Berdasarkan pengertian yang demikian ini maka setiap bangsa di dunia ini akan memiliki identitas sendidri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, cirri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut. Jadi Identitas nasional adalah sebuah kesatuan yang terikat dengan wilayah dan selalu memiliki wilayah (tanah tumpah darah mereka sendiri), kesamaan sejarah, sistim hukum/perundang undangan, hak dan kewajiban serta pembagian kerja berdasarkan profesi.

Demikian pula hal ini juga sangat ditentukan oleh proses bagaimana bangsa tersebut terbentuk secara historis. Berdasarkan hakikat pengertian “identitas nasional” sebagaimana dijelaskan di atas maka identitas nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati diri suatu bangsa atau lebih populer disebut sebagai kepribadian suatu bangsa.

Pengertian kepribadian suatu identitas sebenarnya pertama kali muncul dari pakar psikologi. Manusia sebagai individu sulit dipahami jika terlepas dari manusia lainnya. Oleh karena itu manusia dalam melakukan interaksi dengan individu lainnya senantiasa memiliki suatu sifat kebiasaan, tingkah laku, serta karakter yang khas yang membedakan manusia tersebut dengan manusia lainnya. Namun demikian pada umumnya pengertian atau istilah kepribadian sebagai suatu identitas adalah keseluruhan atau totalitas dari faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis yang mendasari tingkah laku individu. Tingkah laku tersebut terdidri atas kebiasaan,sikap, sifat-sifat serta karakter yang berada pada seseorang sehingga seseorang tersebut berbeda dengan orang yang lainnya. Oleh karena itu kepribadian adalah tercermin pada keseluruhan tingkah laku seseorang dalam hubungan dengan manusia lain (Ismaun, 1981: 6).
sumber :http://zaifbio.wordpress.com